BERPOSTUR tinggi, gagah dan sangat supel bergaul,
itulah sedikit dari banyak karakter menonjol seorang Doni Monardo. Mayjen TNI yang bintangnya sedang bersinar ini, pada Rabu (26/7)
dilantik menjadi Komandan Paspampres RI mengantikan Mayjen TNI Agus
Sutomo.
Jabatan yang sangat strategis ini merupakan jenjang karir baru bagi
Doni. Lingkungan Paspamres sudah tak asing lagi baginya, karena telah
bergabung di Pasukan Pengaman Presiden itu sejak 2001 – 2004, lalu 2005 –
2006 dan terakhir 2008 – 2010 dengan jabatan Dan Grup A Paspampres.
Sebelum menjadi Danpaspampres, putra Lintau, Kabupaten Tanah Datar itu
juga malang melintang pada Pasukan Khusus (Kopassus) dengan Jabatan
Wadankopassus dari tahun 2011 – 2012. Selama menjabat Wadankopassus,
salah satu programnya mendekatkan Kopassus dengan masyarakat melalui
program sejuta pohon, bahkan ikut menghijaukan kampus kuning Universitas
Indonesia serta daerah tandus lainnya di Jawa Barat.
Doni
Monardo dilahirkan tanggal 10 Mei 1963 di Cimahi, Jawa Barat. Anak
pasangan Lekol. Nasrul Saad dengan Roeslina sejak kecil sudah
berpindah-pindah ke beberapa daerah, mengikuti pekerjaan bapaknya
sebagai polisi militer. Dari Cimahi pindah ke Meulabouh, Aceh Barat.
Kemudian pindah ke Lhoksomawe lalu menetap di Banda Aceh sampai SMP.
Pada tahun 1975, keluarga Doni pindah ke daerah asalnya di Padang,
Sumbar. Menyelesaikan SMA I Padang tahun 1981, Doni kemudian melanjutkan
pendidikan ke AKABRI dan lulus tahun 1985. Penempatan pertama langsung
pada Komando Pasukan Khusus atau Kopassus tahun 1986 sampai dengan
1998. Selama di Kopassus dia pernah ditugaskan ke Timor-Timur, Aceh dan
daerah lainnya.
Pada tahun 1992, Doni menikah dengan Santi Ariviani, dan dikurniai tiga
anak Azzianti Riani Monardo (1993), Reizalka Dwika Monardo (1997) dan
si bungsu Adelwin Azel Monardo (2003).
Pada
tahun 1999 hingga 2001, lelaki yang suka kegiatan menembak dan
beladiri ini ditugaskan pada Batalion Raider di Bali. Kemudian ditarik
kembali di Paspamres hingga tahun 2004, lalu mengikuti pelatihan
counter terrorism yang dilaksanakan di Korea Selatan.
Pada tahun 2005 sampai dengan 2006 Doni ditugaskan di Aceh. Tahun di
sana, dia kembali ditarik ke Jakarta bergabung dengan Paspamres. Pada
tahun 2006 dipindahkan ke Makasar, Sulawesi Selatan di Komando Cadangan
Strategis Angkatan Darat, atau yang lebih dikenal dengan Kostrad.
Salah satu program yang hingga kini dikenang masyarakat Makasar adalah
penghijauan beberapa kawasan tandus di Sulawesi Selatan termasuk di
sekitar Bandara Hasanuddin.
Setelah di Makasar, Doni di promosikan menjadi Dan Grup A Paspampres
hingga 2010. Selama bertugas mengawal orang nomor satu di Republik
Indonesia sudah mengikuti kunjungan Presiden ke 27 negara di dunia.
Puas di Paspamres, Doni kemudian diberi kepercayaan menjadi Danrem 061
Surya Kencana Bogor. Pengalaman yang begitu panjang di berbagai daerah
menjadi modalnya mengamankan daerah peyangga ibu kota tersebut.
Kerjasama yang apik dengan pihak kepolisian dan masyarakat berhasil
mereda konflik Ahmadiah dan Gereja Yasmin.
Hanya
beberapa bulan menjadi Danrem di Bogor, Doni diberi kepercayaan
menjadi Wadankopassus. Salah satu tugas yang melambungkan namanya adalah
ketika ditugaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Wakil
Komando Satuan Tugas untuk pembebasan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak
oleh perompak Somalia. Tugas ini berhasil dilaksanakan bersama pasukan
marinir, perompak ditembak mati dan sebanyak 62 ABK Sinar Kudus berhasil
diselamatkan. Atas keberhasilan itu pangkat Doni dinaikkan setingkat
menjadi Brigadir Jenderal.
Bulan April 2012 Doni mengikuti pendidikan PPSA XVIII di Lemhannas.
Baru empat bulan di Lemhannas Doni dipromosikan menjadi Danpaspampres.
“Mudahan Pak Doni berhasil menjadi Danpaspampres serta berhasil juga
menamatkan pendidikan Lemhannas-nya,” ujar Dr. Soni Harmaini, koleganya
sesama peserta PPSA XVIII dari Universitas Indonesia.
Terimakasih telah berkomentar yang sopan... ConversionConversion EmoticonEmoticon